Delapan langkah dan Tujuh Alat dalam solusi masalah kualitas
yang telah umum diketahui SANGAT BERMANFAAT bagi pemula yang terlibat dalam
proses peningkatan kinerja kualitas maupun produktvitas perusahaan.
Delapan
langkah itu adalah:
Langkah
1. Mendefinisikan Masalah dan Menentukan Tema Perbaikan Kualitas
Langkah
2. Mencari Semua Penyebab yang Mungkin
Langkah
3. Menganalisis Akar Penyebab Masalah
Langkah
4. Merencanakan Tindakan Perbaikan
Langkah
5. Melaksanakan Perbaikan
Langkah
6. Mempelajari Hasil-hasil Perbaikan
Langkah
7. Menstandardisasikan Solusi dan Praktek-praktek Terbaik
Langkah
8. Membuat Laporan Akhir dan Menentukan Rencana Perbaikan Kualitas Berikutnya
Penjelasan
singkat dari ke-8 langkah tersebut di atas, adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Mendefinisikan Masalah dan
Menentukan Tema Perbaikan Kualitas
Definisi
Masalah
·
Suatu
masalah didefinisikan sebagai kesenjangan (gap) antara situasi sekarang dan
target yang diinginkan.
·
Dalam
bidang kualitas, masalah adalah kesenjangan (gap) antara output dari proses
sekarang dan kebutuhan pelanggan, baik pelanggan internal (proses berikut dalam
SIPOC—Suppliers- Inputs-Processes— Outputs-Customer s) maupun pelanggan
eksternal (customer needs).
Tema Perbaikan Kualitas harus terkait langsung dengan
masalah-masalah kualitas yang dihadapi dalam lingkungan kerja perusahaan
masing-masing. Ketika mengidentifikasi dan memilih masalah, tim peningkatan
kualitas (Quality Improvement Team) HARUS mengembangkan suatu pernyataan
masalah yang dipahami secara jelas oleh semua anggota team itu.
Pernyataan Tema Perbaikan Kualitas harus menggunakan kata
kerja:
Meningkatkan, Menurunkan, Menghilangkan, dll, serta harus memperhatikan prinsip SMART (Specific, Measureable, Achievable/Actionable, Result-oriented and Relevant to Corporate Goals, Timely or Time-bound).
Meningkatkan, Menurunkan, Menghilangkan, dll, serta harus memperhatikan prinsip SMART (Specific, Measureable, Achievable/Actionable, Result-oriented and Relevant to Corporate Goals, Timely or Time-bound).
Langkah 2. Mencari Semua Penyebab Yang Mungkin
Tim peningkatan kualitas harus mengidentifikasi semua
penyebab yang mungkin mengakibatkan masalah yang telah diidentifikasi dalam
Langkah 1 di atas. Langkah 2 ini mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
untuk mendokumentasikan penyebab-penyebab masalah.
Penyebab-penyebab masalah yang mungkin bersumber dari
controllable factors (7M: Manpower, Methods, Materials, Machines, Mother Nature
or Media (Working Environment) , Motivation and Money) dan penyebab-penyebab
yang dapat diperkirakan atau diprediksi (predictable causes) yang bersumber
dari uncontrollable factors.
Suatu
masalah yang terjadi selalu bersumber dari elemen-elemen proses yang terdiri
dari: 7M, yaitu:
1.
Manpower
(tenaga kerja): berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan (tidak terlatih,
tidak berpengalaman) , kekurangan dalam keterampilan dasar yang berkaitan
dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dll.
2.
Machines
(mesin-mesin) dan peralatan: berkaitan dengan tidak ada sistem perawatan
preventif terhadap mesin-mesin produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain,
tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated,
terlalu panas, dll
3.
Methods
(metode kerja): berkaitan dengan tidak ada prosedur dan metode kerja yang
benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak terstandardisasi, tidak cocok, dll.
4.
Materials
(bahan baku dan bahan penolong): berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi
kualitas dari bahan baku dan bahan penolong yang digunakan, ketidaksesuaian
dengan spesifikasi kualitas bahan baku dan bahan penolong yang ditetapkan, ketiadaan
penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong itu, dll.
5.
Mother
Nature or Media: berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak
memperhatikan aspek-aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan
lingkungan kerja yang kondusif, kekurangan dalam lampu penerangan, ventilasi
yang buruk, kebisingan yang berlebihan, dll.
6.
Motivation
(motivasi): berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan profesional
(tidak kreatif, bersikap reaktif, tidak mampu bekerjasama dalam tim, dll), yang
dalam hal ini disebabkan oleh sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak adil
kepada tenaga kerja.
7.
Money
(keuangan): berkaitan dengan ketiadaan dukungan finasial (keuangan) yang mantap
guna memperlancar proyek peningkatan kualitas yang akan diterapkan.
Langkah 3. Menganalisis Akar Penyebab Masalah
Tanda pertama dari masalah adalah gejala (symptoms), bukan
penyebab (causes). Oleh karena itu tim peningkatan kualitas perlu memahami apa
yang disebut sebagai: gejala (symptoms), penyebab (causes), dan akar penyebab
(root causes).
Bertanya mengapa beberapa kali menggunakan why-why diagram
akan mengarahkan kita untuk sampai kepada akar penyebab masalah, sehingga
tindakan yang sesuai pada akar penyebab masalah yang ditemukan itu akan
menghilangkan masalah.
Akar-akar
penyebab masalah yang ditemukan itu, kemudian dikelompokkan ke dalam faktor 7M
(Manpower, Machines, Methods, Materials, Mother Nature or Media, Motivation,
Money).
Langkah 4. Merencanakan Tindakan Perbaikan
Rencana solusi masalah kualitas harus berfokus pada
tindakan-tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang berada
dalam lingkup tanggung jawab departemen dalam organisasi (controllable causes),
dan mengantisipasi penyebab-penyebab tidak terkendali tetapi dapat diprediksi sebelumnya
(uncontrollable but predictable causes).
Langkah 5. Melaksanakan Perbaikan
Melaksanakan perbaikan berarti implementasi tindakan
korektif permanen yang sangat membutuhkan komitmen manajemen dan karyawan serta
partisipasi total untuk secara bersama-sama menghilangkan akar penyebab dari
masalah kualitas yang telah teridentifikasi dalam langkah ketiga di atas.
Pencatatan data kualitas juga harus dilakukan selama tahap implementasi ini
serta harus mengidentifikasi penyebab apabila terjadi penyimpangan dalam tahap
implementasi tindakan korektif permanen ini.
Langkah 6. Mempelajari Hasil-hasil Perbaikan
Setelah implementasi proyek peningkatan kualitas selama
jangka waktu tertentu oleh tim peningkatan kualitas, biasanya 3-6 bulan, perlu
dilakukan studi dan evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap
pelaksanaan proyek peningkatan kualitas itu guna mengetahui apakah jenis
masalah yang ada telah hilang atau berkurang, yang menunjukkan bahwa proyek
peningkatan kualitas itu benar-benar efektif dan efisien!
Langkah 7. Menstandardisasikan Solusi dan
Praktek-praktek Terbaik
Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan korektif permanen
atau solusi masalah melalui proyek peningkatan kualitas harus
distandardisasikan, dan selanjutnya melakukan peningkatan terus-menerus pada
jenis masalah yang lain mengikuti Delapan Langkah yang dikemukakan.
Standardisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama
terulang kembali. Terdapat dua alasan melakukan standardisasi, yaitu:
a)
Apabila
tindakan perbaikan atau solusi masalah itu tidak distandardisasikan, maka
terdapat kemungkinan setelah periode waktu tertentu manajemen dan karyawan akan
kembali menggunakan cara-cara kerja lama sehingga memunculkan kembali masalah
yang telah pernah diselesaikan itu.
b)
Apabila
tindakan perbaikan atau solusi masalah itu tidak distandardisasikan dan
didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan setelah periode waktu tertentu
apabila terjadi pergantian manajemen dan karyawan akan menggunakan cara-cara
kerja yang memunculkan kembali masalah yang telah pernah diselesaikan oleh tim
peningkatan kualitas terdahulu itu.
Standardisasi sangat diperlukan sebagai tindakan pencegahan
untuk memunculkan kembali masalah kualitas yang pernah ada dan telah
diselesaikan. Hal ini sesuai dengan konsep pengendalian kualitas total modern
(TQM) yang lebih berorientasi pada strategi pencegahan (strategy of
prevention), bukan pada strategi pendeteksian (strategy of detection) saja.
Pendokumentasian praktek-praktek kerja standar juga bermanfaat sebagai bahan
dalam proses belajar terus-menerus, baik bagi karyawan baru maupun karyawan
lama. Demikian pula dokumentasi tentang praktek-praktek standar dan solusi
masalah yang pernah dilakukan akan merupakan sumber informasi yang berguna
untuk mempelajari masalah-masalah kualitas di masa mendatang sehingga tindakan
perbaikan yang efektif dapat dilakukan.
Keberhasilan penggunaan metode solusi masalah mengikuti
Delapan Langkah akan ditandai dengan berkurang atau hilangnya penyebab masalah
itu, yang kemudian akan muncul penyebab-penyebab lain dalam besaran yang lebih
sedikit atau kecil. Tugas dari tim peningkatan kualitas, manajemen, dan
karyawan adalah berpartisipasi secara total untuk melaksanakan perbaikan
kualitas terus-menerus dalam proses bisnis dan industri masing-masing.
Langkah 8. Membuat Laporan Akhir dan
Menentukan Rencana Perbaikan Kualitas Berikutnya
Setiap tim peningkatan kualitas dalam organisasi harus
menyerahkan laporan terdokumentasi pada akhir waktu dari proyek peningkatan
kualitas itu. Selanjutnya terus-menerus memikirkan perbaikan kualitas
berikutnya dan memulai lagi dari Langkah 1, yaitu: Mendefinisikan Masalah dan
Menetapkan Tema Perbaikan Kualitas.
Ke-8 langkah yang dikemukakan di atas dapat diorganisasikan
ke dalam siklus Deming (PDSA—Plan, Do, Study, Act) atau ke dalam siklus DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, and Control) yang merupakan metodologi
pendekatan solusi masalah dalam proyek-proyek Six Sigma.
Delapan Langkah dalam Siklus PDSA
terdiri dari:
Plan
(Merencanakan) :
Langkah
1. Mendefinisikan Masalah dan Menentukan Tema Perbaikan Kualitas
Langkah
2. Mencari Semua Penyebab yang Mungkin
Langkah
3. Menganalisis Akar Penyebab Masalah
Langkah
4. Merencanakan Tindakan Perbaikan
Do
(Melaksanakan) :
Langkah
5. Melaksanakan Perbaikan
Study
(Mempelajari) :
Langkah
6. Mempelajari Hasil-hasil Perbaikan
Act
(Menindaklanjuti) :
Langkah
7. Menstandardisasikan Solusi dan Praktek-praktek Terbaik
Langkah
8. Membuat Laporan Akhir dan Menentukan Rencana Perbaikan Kualitas Berikutnya
Delapan Langkah dalam Siklus PDSA di atas apabila dikaitkan
dengan metodologi Six Sigma DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and
Control), maka akan menjadi sebagai berikut:
DEFINE
(D)—Mendefinisikan
Langkah
1. Mendefinisikan Masalah dan Menentukan Tema Perbaikan Kualitas
MEASURE
(M)—Mengukur
Langkah
2. Verifikasi Pengukuran dan Mencari Semua Penyebab yang Mungkin
ANALYZE
(A)—Menganalisis
Langkah
3. Menganalisis Akar Penyebab Masalah
Langkah
4. Merencanakan Tindakan Perbaikan
IMPROVE
(I)—Meningkatkan
Langkah
5. Melaksanakan Perbaikan
Langkah
6. Mempelajari Hasil-hasil Perbaikan
CONTROL
(C )—Mengendalikan
Langkah
7. Menstandardisasikan Solusi dan Praktek-praktek Terbaik
Langkah
8. Membuat Laporan Akhir dan Menentukan (Mendefinisikan) Rencana Perbaikan
Kualitas Berikutnya.
Delapan Langkah yang dikemukakan di atas, baik dalam siklus
Deming (PDSA) maupun siklus DMAIC (Pendekatan Six Sigma) membutuhkan alat-alat
perbaikan kualitas sederhana, yang disebut sebagai tujuh alat, sehingga umum
dikenal sebagai: Delapan Langkah Tujuh Alat (DELTA).
Tujuh
Alat yang sering dipergunakan oleh Tim Peningkatan Kualitas adalah:
1.
Lembar
Periksa (Check Sheet)
2.
Pemisahan
Masalah (Stratifikasi)
3.
Diagram
Pareto
4.
Why-why
diagram dan Diagram Sebab-Akibat (Cause and Efeect Diagram) atau Diagram Tulang
Ikan (Fish Bone Diagram)
5.
Histogram
6.
Diagram
Tebar (Korelasi)
7.
Peta-peta
Kontrol (Control Charts)
Catatan
Penutup:
*)
Keberhasilan solusi masalah kualitas sekitar 80% ditentukan oleh Quality
Leadership (Kepemimpinan Kualitas) dalam menerapkan Delapan langkah dan hanya
20% ditentukan oleh penggunaan alat-alat statistika (statistical tools).
*)
Yang diperlukan dalam memahami implementasi statistika untuk solusi masalah
kualitas adalah 80% berkaitan dengan Statistical Thinking (memahami bagaimana
perilaku proses statistikal yang ditimbulkan oleh variasi penyebab khusus dan
variasi penyebab umum) dan hanya 20% berkaitan dengan aplikasi Statistical
Tools (penerapan alat-alat statistika yang sekarang ini analisisnya telah
banyak menggunakan bantuan paket-paket software komputer).
Referensi:
Vincent
Gaspersz, TOPS—Team Oriented Problem Solving, Penerbit Gramedia Jakarta, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar